Minggu, 08 November 2015


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Indonesia adalah salah satu Negara  berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Untuk meningkatkan hasil pertanian yang ingin dicapai maka diperlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat mencapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian tersebut adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida.

Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat bahwa pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pestisida tersebut dapat membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan. Untuk meningkatkan produksi pertanian disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma.
Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan banyak dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya keracunan pada petani dan yang lebih berbahaya lagi adalah terjadinya gangguan pada sistem reproduksi wanita . Hal-hal tersebutlah yang masih banyak diabaikan oleh para petani Indonesia terutama didaerah pedesaan. Mereka tidak memperhatikan dampak yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya dengan berbagai alasan klasik. Oleh karena itu, kami membahas tentang Penyakit yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan khususnya sebagai petani agar dapat menambah pengetahuan dan kesadaran tentang berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan dari pekerjaannya sehingga dapat membantu mencegah dan meminimalisir masalah baik penyakit maupun keracunan akibat pestisida pada petani tersebut. Buah dan sayur merupakan makanan sehat yang kaya serat. Namun banyak buah dan sayur yang kotor akan adanya pestisida. Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat, produksi buah dan sayur sering mengalami kendala serangan hama, maka salah satu cara untuk meningkatkan produksi buah dan sayur adalah dengan menggunakan pestisida. Dalam jumlah tertentu penggunaan pestisida untuk tnaman buah dan sayur masih dapat ditolerir tubuh. Namun jika jumlahnya berlebihan, bisa membahayakan kesehatan.

1.2 Tujuan tutorial
1. Untuk mengetahui pengertian dari pestisida
2. Untuk mengetahui dampak pestisida terhadap tanaman
3.Untuk mengetahui dampak pestisida terhadap lingkungan











 

 

II. TINJAUAN PUSTAKA


Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak,ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.  ( Herwanto , 1998 )

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman.( Hidayat , 2001 )

Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya.


Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi :
    
     1. Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.
     2. Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G.
     3. Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain. ( Arief . 1994 )
     4. Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D.
     5. Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.
     6. Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.
     7. Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Benidiktus . 2010)

Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
     1.  Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
     2. Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
     3. Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
     4. Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
     5. Oli (oil) Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. (Untung, 2010)

Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan

Masalah yang banyak diprihatinkan dalam pelaksanaan program pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah masalah pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida dibidang pertanian, kehutanan, pemukiman, maupun disektor kesehatan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Sehingga akan menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun.

Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melaui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme  yang dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan disetiap tempat lingkungan sekitar kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif peersisten dilingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan menjadi masalah.

Residu pestisida telah ditemukan didalam  tanah, ada diair minum, air sungai, air sumur, maupun diuadara. Dan yang apaling berbahaya racun pestisida kemungkinan terdapat didalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti sayuran dan buah-buahan.

Aplikasi pestisida dari udara jauh memperbesar resiko pencemaran, dengan adanya hembusan angin. Pencemaran pestisida di udara tidak terhindarkan pada setiap aplikasi pestisida. Sebab hamparan yang disemprotkan  sangat luas. Sudah pasti, sebagian besar pestisida yang disemprotkan akan terbawa oleh hembusan angin ketempat lain yang bukan target aplikasi, dan mencemari tanah, air dan biota bukan sasaran.

Pencemaran pestisida yang diaplikasikan disawah beririgasi sebagian besar menyebar didalam air pengairan, dan terus kesungai dan akhirnya kelaut. Memang didalam air terjadi pengenceran, sebagian ada yang terurai dan sebagian lagi tetap persisten. Meskipun konsentrasi residu mengecil, tetapi masih tetap mengandung resiko mencemarkan lingkungan. Sebagian besar pestisida yang jatuh ke tanah yang dituju akan terbawa oleh aliran air irigasi.

Di dalam air, partikel pestisida tersebut akan diserap oleh mikroplankton. Oleh karena pestisida itu persistens, maka konsentrasinya didalam tubuh mikroplankton akan meningkat sampai puluhan kali dibandngkan dengan pestisda  yang mengambang didalam air. Mikroplankton-mikroplankton tersebut kelak akan dimakan zooplankton.

Dengan demikian pestisida tadi ikut termakan. Karena sifat persistensi yang dimiliki pestisida, menyebabkan konsentrasi didalam tubuh zooplankton meningkat lagi hingga puluhan mungkin ratusan kali dibanding dengan yang ada didalam air. Bila zooplankton tersebut dimakan oleh ikan-ikan kecil, konsentrasi pestisida didalam tubuh ikan-ikan tersebut lebih meningkat lagi.

Demikian pula konsentrasi pestisida didalam tubuh ikan besar yang memakan ikan kecil tersebut. Rantai konsumen yang terakhir yaitu manusia yang mengkonsumsi ikan besar, akan menerima konsentrasi tertinggi dari pestisida tersebut.

Model pencemaran seperti yang dikemukakan, terjadi melalui rantai makanan, yang bergerak dari aras tropi yang terendah menuju aras tropi yang tinggi. Mekanisme seperti yang dikemukakan, di duga terjadi pada kasus pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi, yang menghebohkan sejak tahun lalu. Di duga logam-logam berat limbah sebuah industri PMA telah terakumulasi di perairan Teluk Buyat. Sekaligus mempengaruhi secara negatif  biota perairan, termasuk ikan-ikan yang di konsumsi masyarakat setempat.

Kasus pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida dampaknya tidak segera dapat di lihat. Sehingga sering kali diabaikan dan terkadang dianggap sebagai akibat sampingan yang tak dapat dihindari. Akibat pencemaran lingkungan terhadap organisme biosfer, dapat mengakibatkan kematian dan menciptakan hilangnya spesies tertentu  yang bukan jasad sasaran. Sedangkan kehilangan satu spesies dari muka bumi dapat menimbulkan akibat negatif jangka panjang yang tidak dapat diperbarui. Sering kali yang langsung terbunuh oleh pengguna pestisida adalah spesies serangga yang menguntungkan seperti lebah, musuh alami hama, invertebrata, dan bangsa burung.

Di daerah Simalungun, diketahui paling tidak dua jenis spesies burung yang dikenal sebagai pengendali alami hama serangga, saat ini sulit di temukan dan mungkin saja sedang menuju kepunahan. Penyebabnya, salah satu adalah akibat pengaruh buruk pestisida terhadap lingkungan, yang tercemar melalui rantai makanan.

Akibat efek racun pestisida, biasanya 2 -3 hari setelah bertanam serangga-serangga gryllotalpidae  yang bermaksud memakan kecambah dari dalam tanah, mengalami  mati massal dan menggeletak di atas permukaan tanah. Bangkai serangga ini tentu saja menjadi makanan yang empuk bagi burung-burung Anduhur Bolon, tetapi sekaligus mematikan spesies burung pengendali alami tersebut.

Satu lagi, spesies burung Tullik. Burung berukuran tubuh kecil ini diketahui sebagai predator ulat penggerek batang padi. Bangsa burung Tullik sangat aktif mencari ulat-ulat yang menggerek batang padi, sehingga dalam kondisi normal perkembangan serangga hama penggerek batang padi dapat terkontrol secara alamiah berkat jasa burung tersebut. Tetapi seiring dengan pesatnya pemakaian pestisida, terutama penggunaan pestisida sistemik, populasi burung tersebut menurun drastis. Bahkan belakangan ini, spesies tersebut sulit ditemukan. Hilangnya spesies buurung ini, akibat efek racun yang terkontaminasi dalam tubuh ulat padi, yang dijadikan burung Tullik sebagai makanan utamanya.

Belakangan ini, penggunaan pestisida memang sudah diatur dan dikendalikan. Bahkan pemerintah melarang peredaran jenis pestisida tertentu yang berpotensi menimbulkan dampak buruk. Tetapi sebagian sudah terlanjur. Telah banyak terjadi degradasi lingkungan berupa kerusakan ekosistem, akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Salah satu contohnya adalah hilangnya populasi spesies predator hama, seperti yang dikemukakan diatas(anonym 2011).

Dampak Pestisida Terhadap Tanaman

1.  Pertumbuhan terhambat

Ketika sebuah semak terkena pestisida, sebuah fitotoksisitas disebut keracunan dapat terjadi. Fitotoksisitas mengacu pada penyerapan bahan kimia berbahaya kedalam struktur penting dari semak. Salah satu gejala fitoksisitas adalah terhambatnya pertumbuhan.ketika bahan kimia aktif dalam pestisida yang diserap kedalam semak, mereka dapat menyebabkan mutasi pada kromosom dan hormon yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan tanaman. Mutasi gen menyebabkan pertumbuhan abnormal atau kerdil yang menghasilkan semak jelas pendek atausemak yang tidak kemajuan tahap terakhir tumbuh awal, beberapa semak dapat menghasilkan cabang tanpa daun atau daun tetapi tidak mekar.

2. Kerusakan Daun

Kerusakan daun juga efek samping yang umum pestisida pada semak. Selama fitotoksisitas, bahan kimia aktif dan tidak aktif dalam pestisida berinteraksi dengan sistem penyerapan gizi semak-semak. Nutrisi penting kurang mampu mencapai struktur daun yang halus, sehingga daun menjadi kering atau cokelat. Dalam beberapa kasus fitotoksisitas, bermanifestasi kerusakan daun sebagai lubang atau bintik pada daun. Sayangnya, banyak pemilik rumah keliru mengidentifikasi kerusakan dedaunan yang disebabkan oleh hama seperti serangga atau jamur. Sebagai hasilnya, mereka dapat meningkatkan penggunaan pestisida pada semak, lebih merusak struktur tanaman dan memperburuk kerusakan dedaunan.

3. Kerusakan Akar

Salah satu masalah yang paling serius yang disebabkan oleh penggunaan pestisida jangka panjang adalah kerusakan sistem akar semak itu. Sistem akar adalah pintuk gerbang untuk hampir semua fungsi-fungsi penting dalam semak yaitu akar memberikan nutrisi penting yang berkontribusi terhadap sehat, respirasi pertumbuhan dan sistem reproduksi pertumbuhan. Bila pestisida diterapkan kearea lain dari landscape, kimia leach kedalam tanah dan bahkan air tanah. Bahan kimia yang kemudian dapat menyebar ketanaman lain atau semak diluar area tanaman target atau serangga. Sistem akar semak menyerap sejumlah besar bahan kimia kuat, menyebabkan mereka untuk menyumbat atau busuk. Semak baru, bibit dan anakan sangat rentan terhadap kerusakan akar selama tahap-tahap awal tanam. Untuk menghindari pestisida pada tahap awal pertumbuhan dan sebagai gantinya adalah hama tempur dengan penyiangan, mulsa atau pestisida alami(anonym 2011).




III. PEMBAHASAN

Dampak penggunaan fogging peptisida sangat mencemari lingkungan dan akhirnya mencemari manusia, merusak saluran pencernaan,  gagal ginjal, gangguan pada bayi baru lahir, kerusakan gen dan kromosom pada bayi dalam kandungan, kerusakan paru-paru, dan penurunan sistem kekebalan tubuh, gangguan gerakan sperma hingga kejadian hiperaktif pada anak. Selain itu dapat menyebabkan korosi sistem syaraf, berupa masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma, muntah-muntah, sakit perut dan diare. Jika manusia mengkonsumsi hewan yang telah mengkonsumsi peptisida dampak pada manusia untuk terkena pestisida sangat kecil dikarenakan manusia sebagai pihak kedua setelah hewan yang terlebih dahulu terkena pestisida karena memakan tanaman yang diberi pestisida, berarti perstisida tersebut telah terurai terlebih dahulu di dalam tubuh hewan tersebut, sebelum dikonsumsi oleh manusia.
 Cara menguraikan pestisida dengan cara mengkombinasi antara proses adsorpsi/desorpsi dengan menggunkan karbofuran dalam bentuk cair, pelindian/difusi, penguapan dan degradasi. Dalam waktu yang beraneka ragam. Zat pestisida mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menyebabkan kanker, karena ratusan racun yang terkandung dalam pestisida dan bahan lainnya dapat memicu kanker. Penyakit kanker yang disebabkan karena pestisida ialah kanker darah (leukemia), lim-foma non hodgkins, dan kanker otak. Cara mengatasi kanker yang dikarenakan pestisida sama halnya dengan mengatasi kanker pada umumnya. Zat berbahaya dalam pestisida yang dapat memicu kanker dapt berupa DDT, parathion, nitrofen, toxaphene, BHC, DBCP, chlordane, dan pestisida aldrin.
Tingkat kerawanannya peptisida dibagi atas :
 Coklat tua       :           sangat berbahaya sekali.
Merah tua        :           berbahaya sekali.
Kuning tua      :           berbahaya.
      Biru muda       :           cukup berbahaya.
Hijau               :           tidak berbahaya pada penggunaan normal.
Cara pembuatan tepung hembus tepung dapat disuspensikan dalam air berbentuk tepung kering agar pekat dibasahi air. Pestisida ini tidak larut dalam air melainkan hanya tercampur dengan air dan dihembuskan dengan duster. Untuk mengukur mudah tidaknya suatu pestisida rusak terurai di alam digunakan   parameter   waktu paruh (Decomposition Time-50 atau DT-50).
 Proses pertumbuhan tanaman tersebut juga akan terganggu karena apabila cacing-cacing yang bermanfaar tersebut mati maka akan mempengaruhi kemampuan tanah untuk menyerap air sehingga tanah akan menjadi gembur dan tanah menjadi kurang subur. Pestisida nabati adalah ramuan alami pembasmi hama yang bahan-bahan aktifnya berasal dari alam seperti ekstrak tanaman tertentu yang sudah diketahui efek positifnya dalam membasmi hama tertentu.
Bahaya dari pestisida nabati adalah polusi lingkungan ( kontaminasi air, tanah, udara dalam jangka panjang akan tetapi kontaminasi terhadap manusia dan mahluk lainnya ), perkembangan serangga menjadi resisten resurgen ataupun toleran terhadap pestisida, kasus beracun ( lebih dari 400.000 kasus di laporkan pertahunnya 1,5% diantaranya fatal akibat pestisida ini ).
Cara menanggulangi pestisida supaya tidak mencemari lingkungan dengan diadakannya kebijakan global pembatasan penggunaan pestisida sintetik yang mengarah pada pemasyarakatan teknologi bersih (Clean Technonogy) yaitu pembatasan penggunaan pestisida sintetik untuk penanganan produk-produk pertanian terutama komoditi andalan untuk eksport. Untuk penanggulangan lebih lanjutnya diadakannya peraturan dan pengarahan kepada para pengguna, penelitian yang mendukung kepada Usaha Pelestarian Lingkungan, Pengendalian Hayati Biologi. pestisida itu adalah racun karena pestisida disini berguna untuk memberantas atau mematikan hama tanaman, buakn untuk menyuburkan tanaman. Jadi, disini pestisida tidak dapat dikatakan sebagai pupuk karena fungsi dari pestisida itu sendiri adalah membasmi para hama, serangga, jamur, bakteri, virus dan hama lainnya. Seperti tukus, bekicot dan nematode (cacing). Buakn untuk memupuk tanaman. buah-buah seperti strawberry, seledri, kentang dan anggur rentan terhadap pencemaran pestisida Karena dalam proses pertumbuhan tanaman, tanaman tersebut membutuhkan waktu yang lama dan ada pula yang tumbuh dekat tanah yang umumnya di tempati banyak hama sehingga digunakanlah pestisida dalam proses pertumbuhan tanaman dan pastinya pestisida tersebut digunakan dalam jangka waktu yang panjang dan menggunakan residu pestisida pada buah dan sayuran. kapur barus termasuk pestisida. Karena kapur barus ( Mothballs ) adalah insektisida yang digunakan untuk membunuh hama kain dengan fumigasi dalam kontainer / peti kemas tertutup. Hal yang harus di perhatikan dalam penggunaan pestisida adalah tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis/konsentrasi, dan tepat cara penggunaan. Untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida). Biopestisida tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat dan lalat hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang mengandung bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba, kunir, kucai, dan lain-lain. Untuk mengetahui indikasi buah/sayur tersebut dilakukan analisis Pascakolom Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
pestisida tersebut dibagi menjadi 7 golongan, yaitu :
· Organofosfat,jenis insektisida yang umumnya digunakan untuk membasmi serangga yang berjasad lunak.
· Klorhidrokarbin, jenis insektisida dan pestisida.
· Karbamat, berupa insektisida.
· Dipiridil, berupa herbisida.
· Arsen, biasa digunakan untuk kayu dan tanah.
· Antikoagulan, biasanya berupa rodentisida.
· Seng fosfida, biasanya berupa rodeentisida.

Penanggulangan bagi yang terkena pestisida tergantung pada gejala masing-masing individu yang terkena pestisida.

Tips-tips untuk menanggulanginya adalah :

· Sebelum menggunakan bacalah lebel yang ada dikemasan. Jangan merusak lebel karena di dalamnya terdapat informasi mengenai cara menggunakannya, penyimpanannya, bahayanya dan pertolongan pertama jika terjadi keracunan serta informasi lainnya.
· Pestisida hendaknya disimpan di tempat yang aman.
· Jangan menyimpannya dekat dengan makanan ataupun minuman.
· Simpan dalam wadah yang asli dan jangan di pindahkan ke wadah lain terutama pada wadah makanan ataupun minuman.
· Jangan menyediakan racun tikus dengan tangan kosong, gunakan alat seperti sendik plastik dan cucilah tangan setelah menyediakan racun tersebut.
Hama sejunder biasanya memakan sisa – sisa bahan simpanan atau bahan simpanan yang telah rusak. Peristiwa ledakan hama sekunder terjadi, apabila setelah perlakuan pestisida menghasilkan penurunan populasi hama utama, tetapi kemudian terjadi peningkatan populasi pada spesies yang sebelumnya bukan  hama utama, sampai tingkat yang merusak. Ledakan ini seringkali disebabkan oleh terbunuhnya musuh alami, akibat penggunaan pestisida yang berspektrum luas. Pestisida tersebut tidak hanya membunuh hama utama yang menjadi sasaran, tetapi juga membunuh serangga berguna, yang dalam keadaan normal secara alamiah efektif mengendalikan populasi hama sekunder.



















IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah :
Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap peningkatan produk pertanian, tapi juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya. Pengarahan dan penggunaan yang lebih tepat kepada para penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu aplikasi, cara kerja yang aman, akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada lingkungan dan mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi.













DAFTAR PUSTAKA

Arief . 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Surabaya: Usaha Nasional
Benidiktus . 2010. Handsprayer Alat Penyemprot Pertanian. Kumpulan Artikel Alat & Mesin Pertanian
Herwanto , Totok .  1988. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian.
Hidayat , Anwar .2001. Metode Pengendalian Hama. Departemen Dinas Kesehatan. Jakarta: Depnaskes
Untung,Kasumbogo.2010. Diktat Dasar-Dasar Ilmu Hama TanamanYogyakarta:Gadjah Mada Press
Anonim.2011. dampak penggunaan peptisida. http://pawanbagus.blogspot.com/2011/11/dampak-penggunaan-pestisida.html. diakses pada hari minggu 08 november 2015.
Anonim 2011. dampak penggunaan peptisida terhadap lingkungan. http://edowart-ferdiansyah.blogspot.com/2011/02/pengaruh-pestisida-terhadap-lingkungan.html. diakses pada hari minggu 08 nove

Tidak ada komentar:

Posting Komentar